Newest Post

kesuburan tanah

| Sabtu, 27 Juli 2013
Baca selengkapnya »


Materi Kesuburan tanah

1.TANAH
Pengertian tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali. Dalam istilah teknik, pengertian tanah adalah butiran kerikil kasar, pasir, tanah lempung, tanah liat dan semua bahan lepas lainna termasuk lapisan tanah paling atas, sampai pada lapisan tanah keras. Dalam ilmu pertanian, terdapat istilah horison A, B, C yang merupakan tanah. Namun pembahasan mengenai horison A, B, dan C ini terlalu panjang melenceng jika kita singgung di sini. Jadi kita akan berfokus pada pengertian tanah secara umum saja.
Pengertian tanah akan semakin jelas jika kita hubungkan dengan beberapa penjelasan tanah berikut ini. Istilah tanah memiliki berbagai definisi. Definisi tambahan mengenai tanah tersebut antara lain sebagai berikut;
  1. Keadaan bumi di suatu tempat.
  2. Permukaan bumi yang diberi batas.
  3. Daratan.
  4. Permukaan bumi yang terbatas yang ditempati suatu bangsa yang diperintah suatu negara atau menjadi daerah bagi suatu negara.
  5. Bahan-bahan dari bumi.
Terkadang istilah tanah dikaitkan juga dengan istilah lahan. Lahan sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah tanah terbuka atau tanah garapan. Untuk menambah referensi kita mengenai pengertian tanah, kita perlu mengetahui pula istilah tanah berkaitan dengan “land”,  ”ground”, “ soil”, “ earth”, dan “dirt” dalam bahasa inggris. Jika kita lihat di kamus bahasa inggris, kesemuanya memiliki definisi sebagai bagian keras dan kering dari permukaan bumi. Jadi dari sini dapat diketahui bahwa pengertian tanah dalam bahasa indonesia maupun dalam bahasa inggris memiliki konvergensi atau kesamaan.
·         JENIS – JENIS TANAH
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.    Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun danbatang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.Tanah humus berwarna kecoklatan dan cocok untuk tanaman kelapa, nanas,dan padi. Tanah jenis ini banyak terdapat di P. Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat,Kalimantan, dan Papua.http://photos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/388149_1663085673913_1740366197_848332_1956361226_a.jpg
2.    Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yangterbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasardan berkerikil.
http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/386200_1663062393331_642227158_a.jpg
3.    Tanah Alluvial / Tanah Endapan / Tanah Aluvium 
Merupakan jenis tanah yang umumnya terdapat di sepanjang aliran sungai,sifat tanah ini sangat dipengaruhi oleh material yang dikandung oleh sungaiyang melaluinya.Tanah aluvium adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di dataran rendah.Ciri-ciri tanah aluvium adalah berwarna kelabu dan subur. Tanah ini cocokuntuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan.Tanah jenis ini banyak terdapat di Sumatra bagian Timur, Jawa bagian utara,Kalimantan bagian barat dan selatan, serta Papua utara dan selatan.
http://photos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/392611_1663062953345_1740366197_848328_831330348_a.jpg
4.     Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungandengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.Tanah ini terbentuk akibat pengaruh  curah hujan yang tinggi dan suhu yangrendah. Tanah podzol bercirikan miskin unsur hara, tidak subur, dan berwarnamerah sampai kuning. Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete.Tanah podzol banyak dijumpai di daerah pegunungan tinggi Sumatra, Jabar,Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Papua.
http://photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/385034_1663064233377_1740366197_848329_1974377200_a.jpg
5.     Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi/Andosol
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusangunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanahvulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
http://photos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/388866_1663058313229_1740366197_848326_905935123_a.jpg
6.    Tanah Laterit
Tanah laterit adala tanah hasil ‘pencucian’ sehingga kurang subur, kehilanganunsur hara, dan tandus. Tanah ini awalnya subur namun karena zat haranyadilarutkan oleh air maka menjadi tidak subur. Warna tanah ini kekuningansampai merah. Tanah ini baik untuk kelapa dan jambu mete.Tanah jenis ini banyak terdapat di Jawa Tengah, Lampung, Jabar, Kal-Bar,dan Sulawesi Tenggara.
http://photos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/388345_1663064913394_1740366197_848330_809414952_a.jpg
7.    Tanah Gambut / Tanah Organosol
Adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan makhluk hidup yang umumnyaterdapat di rawa, tanah ini kurang subur  karena memiliki kadar keasaman yangrendah serta rendahnya jumlah unsur hara yang dikandungnya, selain itutingkat drainase dari tanah ini sangat rendah sehinggga tanah ini kurang cocokdigunakan untuk pertanian
Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
8.    Tanah Grumusol
Merupakan jenis tanah berwarna kelabu hingga hitam yang mempunyai sifatliat, kadar keasaman  yang dimilikinya umumnya basa sampai dengan netral,pada musim kemarau tanah ini akan tampak seperti tanah pecah akibatpenyinaran matahari.
http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/378109_1663098074223_1337295872_a.jpg
9.   Tanah Litosol
Merupakan jenis tanah yang masih muda yang terdapat di daerah dangkal(sekitar 45 cm) dibawah permukaan tanah, seperti namnya jenis tanah iniumumnya berbentuk seperti batuan padatTanah litosol adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang baru terbentuk sehingga butirannya besar.
 Ciri-ciri tanah ini yaitu miskin
unsur hara dan mineralnya masih terikat pada butiran yang besar. Tanah litosol kurang subur sehingga hanya cocok bagi tanaman-tanaman besar di hutan. Tanah litosol banya terdapat di P. Sumatra, Jawa Tengah dan Timur, Nusa Tenggara, Maluku selatan, dan Papua.
http://photos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/384614_1663087153950_1740366197_848333_1958323740_a.jpg
10.   Tanah Regosol
Merupakan jenis tanah yang berasal dari erupsi gunung berapi, tanah ini memiliki butiran yang agak kasar, berwarna keabuan, dan bersifat subur, karena karakteristik yang dimilikinya, tanah ini cocok digunakan untuk pertanian tanaman palawija (seperti jagung), tembakau, dan buah-buahan. Jenis tanah ini banyak terdapat di P. Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara.
http://photos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/389449_1663090274028_1740366197_848334_832699677_a.jpg
11.   Tanah Latosol
Merupakan jenis tanah yang berwarna merah yang umumnya terdapat pada lapisan dalam, jenis tanah ini sangat baik dalam menyerap air. Tanah ini cocok untuk tanaman palawija, padi, kelapa, karet, kopi, dll. Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, dan Papua.
http://photos-b.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/386462_1663092234077_1740366197_848335_1927388604_a.jpg
12.   Tanah Kapur Renzina
         Tanah ini merupakan hasil pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah hujan tinggi. Ciri tanah ini yaitu berwarna hitam dan miskin zat hara. Tanah renzina banyak terdapat di daerah berkapur seperti Gunung Kidul (Yogyakarta).  
http://photos-d.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/386421_1663094594136_1740366197_848336_100822466_a.jpg
14.   Tanah Kapur Mediteran
Merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini kemerahan sampai coklat. Terdapat di daerah : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tanah jenis ini meski kurang subur  namun cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.
http://photos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc7/379481_1663096154175_1740366197_848337_582976508_a.jpg
http://indoagrow.wordpress.com/2012/02/10/jenis-jenis-tanah/


1.       Kesuburan tanah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar, trubus, batang, biomassa, naungan, penampilan dsb. http://id.wikipedia.org/wiki/Kesuburan_tanah

Kesuburan tanah tidak terlepas dari keseimbangan biologi, fisika dan kimia; ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan sangat menentukan tingkat kesuburan lahan pertanian. Tanpa disadari selama ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia hanya mementingkan kesuburan yang bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk anorganik seperti : urea, TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus dengan dosis yang berlebihan.
Pemupukan akan efektif jika pupuk yang ditebarkan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah. Karena hanya bersifat menambah atau melengkapi unsur hara, maka sebelum digunakan harus diketahui gambaran keadaan tanahnya, khususnya kemampuan awal untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah memiliki empat fungsi utama yaitu :
1. Memberi unsur hara dan sebagai media perakaran
2. Menyediakan air dan sebagai tempat penampung (reservoir) air
3. Menyediakan udara untuk respirasi (pernafasan) akar
4. Sebagai media tumbuhan tanaman
Tanah tersusun dari empat komponen dasar, yakni bahan mineral yang berasal dari pelapukan batu-batuan, bahan organik yang berasal dari pembusukan sisa makhluk hidup, air dan udara. Berdasarkan unsur penyusunannya, tanah dibedakan menjadi dua golongan, yaitu tanah mineral dan tanah organik.
2.       Unsure tanah

Unsur Hara Dalam Tanah (Makro dan Mikro)

Beberapa Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman :
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl).
Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial.
Berdasarkan jumlah kebutuhannya bagi tanaman, dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Unsur Hara Makro
Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar
Unsur Hara Mikro
Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah kecil
Unsur Hara Makro
Unsur hara makro meliputi:
N P K Ca Mg S

Unsur Hara Mikro
Unsur hara mikro meliputi :
Fe Mn B Mo Cu Zn Cl


Fungsi Unsur Hara Makro (n-p-k)
Banyak para hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing unsur tersebut :

Nitrogen ( N )
-Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
-Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
-Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
-Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
-Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.

Phospat ( P )
-Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
-Merangsang pembungaan dan pembuahan
-Merangsang pertumbuhan akar
-Merangsang pembentukan biji
-Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
-Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )

Kalium ( K )
-Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
-Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
-Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

UNSUR HARA MIKRO YANG DIBUTUHKAN TANAMAN
Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi(Fe), Mangaan(Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor(Cl). Berikut tuilsan dari Setio Budi Wiharto (09417/PN) dari UGM Jogjakarta.

A. Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
a. Catalase : H2O + H2O  O2 + 2H2O
b. Peroksidase : AH2 + H2O  A + H2O
Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe  menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.

B. Mangaan (Mn)
Mangaan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada indikasi  dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain : pada tanaman
berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.


C. Seng (Zn)
Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalm bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadr Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.
Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur.
Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.

D. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks.
Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.

E. Molibden (Mo)
Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung  Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat.
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun  menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.

F. Boron (B)
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis.
Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).
Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.

G.Klor(Cl)
Klor merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen.
Adapun defisiensi klor adalh antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk.

http://rioardi.wordpress.com/2009/03/03/unsur-hara-dalam-tanah-makro-dan-mikro/

SIFAT FISIKA TANAH

STRUKTUR TANAH

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.

Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor)
Pembentukan Agregat
Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu:
1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanh berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh air hujan atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat
1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangakan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.

2. Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian. Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserp oleh tnaman tesebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna tanaman.Secara tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan agregat tanah.

Macam macam struktur tanah
1. Struktu tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited).
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.

DAFTAR PUSTAKA
Hadi Utomo, W. 1982. Dasar-Dasr Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang


TEKSTUR TANAH
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm; Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat, berukuran dibawah 2 mikron.
Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.

PH tanah merupakan ukuran keasaman atau kebasaan dalam tanah. pH didefinisikan sebagai negatif logaritma (basis 10) dari aktivitas dari ion hidrogen (H +) dalam larutan. Hal ini berkisar dari 0 sampai dengan 14 dengan 7 menjadi netral. Sebuah pH di bawah 7 bersifat asam dan 7 di atas adalah dasar. PH tanah dianggap sebagai variabel master dalam tanah karena mengendalikan banyak proses kimia yang terjadi. Secara khusus mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman dengan mengendalikan bentuk kimia dari zat gizi tersebut. Rentang pH optimum untuk kebanyakan tanaman adalah antara 6 dan 7,5, namun banyak tanaman telah beradaptasi untuk berkembang pada pH di luar kisaran ini.
Global variasi pH tanah. Merah = tanah asam Kuning = tanah netral.. Biru = tanah basa. Hitam = tidak ada data.

Keasaman Tanah

[2] Keasaman dalam tanah berasal dari H + dan Al 3 + ion dalam larutan tanah dan diserap pada permukaan tanah. Sedangkan pH adalah ukuran dari H + dalam larutan, Al 3 + adalah penting dalam tanah asam karena pH antara 4 dan 6, Al 3 + bereaksi dengan air (H 2 O) membentuk AlOH 2 +, dan Al (OH) 2 +, melepaskan ion H + tambahan. Setiap Al 3 + ion dapat membuat 3 ion H +. Proses lainnya Banyak berkontribusi pada pembentukan tanah masam yaitu curah hujan, penggunaan pupuk, aktivitas akar tanaman dan pelapukan mineral tanah primer dan sekunder. Tanah asam juga dapat disebabkan oleh polutan seperti hujan asam dan spoilings tambang.
  • Curah hujan: Asam tanah yang paling sering ditemukan di daerah curah hujan tinggi. Curah hujan Kelebihan larut dasar kation dari tanah, meningkatkan persentase Al 3 + dan H + relatif terhadap kation lain. Selain itu, air hujan memiliki pH sedikit asam dari 5,7 karena adanya reaksi dengan CO 2 di atmosfer yang membentuk asam karbonat.
  • Pupuk yang digunakan: Amonium (NH 4 +) pupuk bereaksi dengan tanah dalam proses yang disebut nitrifikasi untuk membentuk nitrat (NO 3 -), dan dalam proses pelepasan ion H +.
  • Tanaman aktivitas akar: Tanaman mengambil nutrisi dalam bentuk ion (NO 3 -, NH 4 +, Ca 2 +, H 2 PO 4 -, dll), dan sering, mereka mengambil lebih kation dari anion . Namun tanaman harus mempertahankan biaya netral dalam akar mereka. Untuk mengimbangi muatan positif tambahan, mereka akan melepaskan ion H + dari akar. Beberapa tanaman juga akan memancarkan asam organik ke dalam tanah untuk mengasamkan zona di sekitar akar mereka untuk membantu melarutkan nutrisi logam yang tidak larut pada pH netral, seperti besi (Fe).
  • Pelapukan mineral: mineral Kedua primer dan sekunder yang membentuk tanah mengandung Al. Seperti cuaca mineral, beberapa komponen seperti Mg, Ca, dan K, diambil oleh tanaman, yang lain seperti Si yang tercuci dari tanah, namun karena sifat kimia, Fe dan Al tetap dalam profil tanah. Tanah yang sangat lapuk sering dicirikan dengan memiliki konsentrasi tinggi dari Fe dan Al oksida.
  • Hujan Asam : Ketika air di atmosfer bereaksi dengan senyawa sulfur dan nitrogen yang dihasilkan dari proses industri, hasilnya bisa menjadi pembentukan asam sulfat dan nitrat dalam air hujan. Namun jumlah keasaman yang dititipkan di air hujan jauh lebih sedikit, rata-rata dari itu diciptakan melalui kegiatan pertanian.
  • Tambang Memanjakan : kondisi parah asam dapat terbentuk dalam tanah dekat rampasan tambang karena oksidasi pirit. http://en.wikipedia.org/wiki/Soil_pH

KONSISTENSI TANAH
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terdapat perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah adalah untuk menentukan cara penggrapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.
Penentuan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air tanah yaitu dalam keadaan basah, lembab atau kering.
Tanah basah : Kandungan air di atas kapasitas lapang.
a.       Kelekatan menunjukkan kekuatan adhesi (melekat) tanah dengan benda lain.

Kode
Krietria
Keterangan
0
Tidak lekat
Tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
1
Agak lekat
Sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain
2
Lekat  
Melekat pada jari tangan atau benda lain
3
Sangat lekat
Sangat melekat pada jari tangan atau benda lain



b. Plastisitas menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan.
Kode
Krietria
Keterangan
0
Tidak plastis
Tidak dapat membentuk gulungan tanah
1
Agak plastis
Hanya gulungan tanah kurang dari 1 cm da berbentuk.
2
Plastis
Dapat membentuk gulungan tanah lebih 1 cm,
diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
3
Sangat plastis
Diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut
Tanah lembab : Kandungan air mendekati kapasitas lapang.
0 – Lepas                           - Tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya
                                             tanah pasir).
1 – Sangat gembur            - Gumpalan tanah mudah sekali hancur bila
                                             diremas.
2 – Gembur                       - Diperlukan sedikit tekanan untuk menghancurkan
                                            gumpalan tanah dengan meremas.
3 –
Tanah kering : Tanah dalam kedaan kering angin.
0 – Lepas                           - Tanah tidak melekat satu sama lain.
1 – Lunak                          - Gumpalan tanah mudah hancur bila diremas.
2 – Agak keras )                - Berturut-turut memerlukan tekstur
3 – Keras )                            yang makin besar untuk menghancurkan
4 – Sangat keras )                 tanah sampai tidak dapat hancur
5 – Sangat keras )                 dengan remasan kedua tangan.
   Kelembaban tanah  

 kelembaban tanah adalah air yang ditahan pada ruang diantara partikel tanah.
Kelembaban tanah merupakan salah satu parameter penting untuk banyak proses hidrologi,
biologi dan biogeokimia. Informasi kelembaban tanah diperlukan untuk kalangan luas di pe-
merintahan maupun swasta yang antara lain berkaitan erat dengan cuaca dan iklim, potensi
runo_ dan kontrol banjir, erosi tanah dan kemiringan lereng, manajemen sumber daya air, geo-
teknik, dan kualitas air. Informasi kelembaban tanah juga bisa digunakan untuk prediksi cuaca,peringatan awal kekeringan, penjadwalan irigasi, dan perkiraan panen. 

Kadar air tanah
Air terdapat di dalam tanah Alfisol ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Fungsi air tanah yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat. (Hakim, dkk., 1986).
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat dan isi. Begitupula pada tanah Alfisol pada umunya, dasar penentuannya adalah pengukuran kehilangan berat dari suatu contoh tanah yang lebih lembab setelah dikeringkan pada suhu 105oC selama 24 jam. Kehilangan berat sama dengan berat air yang terdapat dalam contoh tanah. Kadar air (0) dihitung secara gravimetrik dengan satuan g / g, yaitu berat air yang terdapat di dalam suatu massa tanah kering (0 = tanah lembab-berat kering oven). (Pairunan, dkk., 1985)
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. (Hardjowigeno, S., 1992).
Daya pengikat butir-butir tanah Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Inceptisol dan Vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan. (Syarief, 1998).
Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. (Buckman dan Brady, 1982).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, S., 1992).

pupuk
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label  yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan.karena itu, sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
Jenis-jenis Pupuk
1. Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Tembakau tidak dapat mentoleransi jumlah amonium yang tinggi. Untuk menyediakan nitrogen pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO3­­­­­-) dengan kandungan nitrogen minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium (NH4+) karena pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2. umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini dapat membakar tanaman jika diberikan terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak dengan daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih sering. Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama.
b. Amonium Sulfat (NH4)2 SO4
Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok untuk pupuk dasar. Sifat reksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah ber-pH rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih disarankan dipakai didaerah panas.

c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam air, dan sebagai sumber kalsium yang sangat baik karena mengandung 19% kalsium Ca. sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis.
d. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.
2. Pupuk Sumber Fosfor
a. SP36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.
b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis 11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0. pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah.
3. Pupuk Sumber Kalium
a. Kalium Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau.
b. Kalium Sulfat (K2SO4)
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%. Bentuknya berupa tepung putih yang larut didalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam. Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau disarankan untuk menggunakan pupuk ini.
c. Kalium Nitrat (KNO3
Mengandung 13% N dan 44% K2O. berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral.
4. Pupuk Sumber Unsur Hara Sekunder
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian yang berbentuk bubuk. Warnanya putih dan butirannya halus. Pupuk ini mengandung 90-99% Ca. Bersifat lebih cepat larut dalam air.
c. Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna kuning. Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO. Sifatnya agak sukar larut dalam air. Selain untuk memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga bermanfaat untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S dan sedikit Mg. Ditebarkan dalam sekali aplikasi. Jika terkena air, gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan mengeras seperti tanah liat (cake). Gypsum digunakan untuk menetralisir tanah yang terganggu karena kadar garam yang tinggi, misalnya pada tanah di daerah pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak berpengaruh pada perubahan pH tanah.
e. Bubuk Belerang (Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfor disuplai dalam bentuk sulfat yang terdapat pada berbagai jenis pupuk. Kandungan sulfat tersebut tidak berpengaruh dalam penurunan pH tanah. Selain terdapat dalam berbagai jenis pupuk, bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai 909%. Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah defisiensi sulfur, tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH tanah. Penggunaannya tidak boleh melebihi 25 gram/m2, karena bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala terbakarnya daun tanaman (burning effect).
5. Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah di Jawa sudah memulai membutuhkan tambahan Zn dari pupuk.
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat.
Bentuk organik sintesis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang disebut chelat. Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion logam seperti yang dilakukan oleh koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan oleh kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga disediakan oleh pupuk majemuk yang beredar di pasaran. Pupuk slow release dan pupuk daun biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih unsur mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran.kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran butiran yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15  dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara mempertimbangkan pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal. Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.

b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya telah dibuka.
Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn.
c. Pupuk Organik
Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang sempat di dalam pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan. Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk organik.
  • Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
  • Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
  • Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
  • Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
  • Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
  • Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
Jenis pupuk organik yang banyak dikenal sebagai berikut
- Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk kandang.
Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio.
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas.
Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.

- Kompos
Kompos adalah kasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio).
Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibanding dengan C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.
Bahan kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki C/N rasio antara 50-100. daun segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan proses penguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu disarankan untuk menambah pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai sempurna terpaksa digunakan.
Kandungan unsur hara dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut.
-       Nitrogen 0,1 – 0,6%
-       Fosfor 0,1 – 0,4%
-       Kalium 0,8 – 1,5%
-       Kalsium 0,8 – 1,5%
Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara.
- Mikroba Penyubur Tanah
Kemajuan ilmu mikrobiologi tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah yang bermanfaat dan mengemasnya sebagai pupuk cair. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian disemprotkan ke tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi kesuburan tanah.
Jenis bakteri dan jamur yang biasa digunakan diantaranya Rhizobium, Lactobacillus, Streptomyces, Micoriza, dan Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam, cara penggunaanpun berbeda-beda. Karena itu sebaiknya baca petunjuk pada label atau brosur dengan seksamasebelum menggunakannya.
Mikroba juga membutuhkan waktu untuk berkembang biak sehingga hasil aplikasi mikroba penyubur tanah tidak langsung terlihat pada tanaman. Jumlah mikroba yang telah disemprotkan pun sangat mungkin akan berkurang karena faktor cuaca. Aplikasi mikroba sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali. Alat semprot yang digunakan sebaiknya bukan yang biasa dipakai untuk menyemprot pestisida, karena pestisida akan mematikan mikroba. Selain itu, tidak disarankan menyemprotkan pestisida terutama fungisida pada tanah yang telah diaplikasi mikroba.
Grafik hubungan antara ph tanah dengan unsur  hara
 http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS9iXdLbn0klOZ-XZ_XkvQo-cvc3k20AV313Hz7EQcl2qSCV3ofYg

 

Analisis pH tanah

Analisis pH tanah
Dasar penetapan
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan
sebagai –log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur
oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas merupakan elektrode selektif
khusus H+, hingga memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan
kenaikan konsentrasi H+. Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode
pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri
atas elektrode pembanding dan elektrode gelas (elektrode kombinasi).
Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual)
sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial).
Peralatan
Neraca analitik
Botol kocok 100 ml
Dispenser 50 ml gelas ukur-1
Mesin pengocok
Labu semprot 500 ml
pH meter
Pereaksi
Air bebas ion
Larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0
KCl 1 M
Larutkan 74,5 g KCl p.a. dengan air bebas ion hingga 1 l.
Cara kerja
Timbang 10,00 g contoh tanah sebanyak dua
kali, masing-masing dimasukkan ke
dalam botol kocok, ditambah 50 ml air bebas ion ke botol yang satu (pH H2O) dan 50 ml

ANALISA TANAH
Hasil analisa tanah memberi gambaran tentang status nutrisi didalam tanah. Informasi yang diperoleh dari hasil analisa tanah antara lain pH tanah, bahan organik yang tersedia, ketersediaan nutrisi didalam tanah, nutrisi yang dapat diserap oleh tanaman, kemampuan tanah untuk menyerap nutrisi dari pemupukan dan kemampuan tanah untuk melepaskan nutrisi agar dapat diserap tanaman. Dari informasi tersebut dapat diketahui apakah status nutrisi tanah tergolong sangat rendah atau sangat tinggi. Semakin tinggi status nutrisi tanah maka efisiensi pemupukan juga semakain tinggi. Ini berarti biaya pemupukan dapat lebih dihemat. Status nutrisi tanah secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5U_rL89rduwFcpypbvJgPpRo7CxKAVSQ7hvkDcHxEB9zrTrKFQYSZJueRtqZmGAhCeJzFHI_LhoR74tTuJdovYJi5LYk-iQwej8Vxcygx_r49VjuJgzopzmjbS_J8RosG1rT948MUkzN9/s1600/3.jpg



KCl 1 M ke dalam botol lainnya (pH KCl). Kocok dengan mesin pengocok selama 30
menit. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan
larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0. Laporkan nilai pH dalam 1 desimal.
Catatan:
• Prosedur di atas menggunakan rasio 1:5
• Rasio dapat berubah sesuai jenis contoh dan permintaan


Analisis daun

Analisis daun berguna untuk mengetahui keadaan tanaman pada saat itu. Pelepah yang dijadikan sample adalah pelepah ke 17. Pelepah ke 17 merupakan pelepah yang terletak pada spiral yang sama dengan pelepah #1 (pelepah #1 adalah pelapah termuda yang telah membuka sempurna). Posisi pelepah #17 terletak berlawan dengan posisi spiral, apabila spiral tanaman kelapa sawit ke kanan, maka posisinya sedikit agak ke kiri dan sebaliknya. Daun tersebut sangat sensitif terhadap lingkungan tumbuhnya, baik itu respon pemupukan, pemeliharaan tumbuhan maupun faktor lainnya.
08Januari2011

cara pengambilan contoh analisa tanah
Cara mengambil contoh tanah komposit dapat dilakukan sebagai berikut :
  1. Menentukan tempat pengambilan contoh tanah  individu, terdapat dua cara yaitu (1) cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan (2) cara acak (gambar 1).
  2. Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organic segar/ serasah yang terdapat dipermukaan tanah di bersihkan.
  3. Untuk lahan kering keadaan tanah pada saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira- kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang untuk lahan sawah contoh tanah sebaiknya diambil pada kondisi basah atau seperti kondisi saat terdapat tanaman.
  4. Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah (auger atau tabung) atau cangkul dan sekop. Jika menggunakan bor tanah, contoh tanah individu diambil pada titik pengambilan yang telah ditentukan, sedalam +20 atau lapisan olah. Sedangkan jika menggunakan cangkul dan sekop, tanah dicangkul sedalam lapisan olah (akan membentuk seperti huruf v), kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal 1,5 cm dengan menggunakan cangkul atau sekop (gambar 2)
  5. Contoh- contoh tanah indivisu tersebut dicampur dan diaduk merata dalam ember plastic, lalu bersihkan dari sisa tanaman atau akar. Setelah bersih dan teraduk rata, diambil contoh seberat kira-kira 1 kg dan dimasukkan kedalam kantong plastic (contoh tanah komposit). Untuk menghindari kemungkinan pecah pada saat pengiriman, kantong plastic yang digunakan rangkap dua.Pemberian label luar dan dalam. Label dalam harus dibungkus dengan plastic dan dimasukkan diantara plastikpembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah, sehingga label tersebut dapat dibaca sesampainya dilaboratorium tanah. Sedangkan label luar disatukan pada sat pengikatan plastic. Pada label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor contoh tanah, asal dari (desa/kecamatan/kabupaten), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan, akan lebih baik jika contoh tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta lokasi contoh.
  6. Informasi tambahan yang dibutuhkan antara lain penggunaan lahan ; penggunaan pupuk, kapur, bahan organik;waktu terakhir penggunaan pupuk, kapur atau bahan organic; kemiringan lahan; posisi/ letak pada lereng (bagian atas tengah atau bawah); bentuk lereng (rata, cembung, atau cekung); bentuk wilayah (datar, berombak, bergelombang atau berbukit); keadaan pertanaman; tanaman terakhir atau sebelumnya; hasil yang telah dicapai dan yang diinginkan. Seluruh informasi lokasi pengambilan contoh tanah dicatat dalam formulir isian yang berlaku.

pengambilan sampel daun

Pengambilan sampel daun dilakukan secara kontinyu setiap tahunnya pada waktu yang sama. Sampel daun kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperikasa kadar nutrisinya. Data hasil analisa daun kemudian dibandingkan dengan data pembanding yang sudah distandarisasi agar diketahui kadar nutrisinya. Data pembanding hasil analisa daun terdapat pada Tabel 1. Dari data pembanding tersebut dapat diketahui apakah tanaman yang telah diambil sampel daun tersebut dalam keadaan kekurangan nutrisi (defisiensi), nutrisinya tercukupi (optimum) atau nutrisinya sudah sangat mencukupi (berlebih). Sebagai contoh hasil analisa daun ke 17 kelapa sawit umur  tahun pada nutrisi Mg sebesar 0,15 % DM. Jika kita bandingkan dengan Tabel 1, maka nilai 0,15 tersebut mempunyai arti bahwa tanaman mengalami defisiensi atau kekurangan nutrisi Mg.


segitiga tekstur tanah
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRtmxjQzQ4kwqiuuxPGHDoN07cTs-dm8CH8nMK-2p8teykWakMzFQ

Porositas

Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang biasanya diisi air atau udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut.

PEMBENTUKAN AGREGAT TANAH

Partikel-partikel primer di dalam tanah tergabung dalam suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah, yang merupakan satuan dasar struktur tanah. Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel-partikel primer membentuk kelompok atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat mengikat menjadi lebih kuat (sementasi) (Baver et al., 1972).
Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tersebut (Hakim, 1986).
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan. Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air. Tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Kemantapan agregat juga sangat menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Kemampuan agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif melalui Aggregate Stability Index (ASI). Indeks ini merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap kemantapan agregat (Santi, 2008).
Pembentukan struktur tanah yang baik merupakan modal bagi perbaikan sifat fisik tanah yang lain. Sifat-sifat fisik tanah yang diperbaiki akibat terbentuknya struktur tanah yang baik seperti perbaikan porositas tanah, perbaikan permeabilitas tanah serta perbaikan dari pada tata udara tanah. Perbaikan dari struktur tanah juga akan berpengaruh langsung terhadap perkembangan akar tanaman. Lahan kering dengan makin baiknya perkembangan akar tanaman, akan lebih mempermudah tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan air, karena memang pada lahan kering faktor pembatas utama dalam peningkatan produktivitasnya adalah kahat unsur hara dan kekurangan air. Akibat lain dari kurangnya ketersediaan air pada lahan kering adalah kurang atau miskin bahan organik. Kemiskinan bahan organik akan memburukkan struktur tanah, lebih-lebih pada tanah yang bertekstur kasar sehubungan dengan taraf pelapukan rendah, maka sangat diperlukannya mikroba-mikroba yang dapat membentuk tekstur tanah atau agregat tanah (Asyakur, 2009).
Agregat dibentuk oleh campuran mikroba yang hidup di dalam tanah. Pembentukan agregat tanah umumnya dipengaruhi EPS (Eksopolisakarida) yang merupakan hasil dari aktivitas mikroorganisme (Goenadi, 1995). Azotobacter vinelandii, P. aeruginosa, P. fluorescens, dan P. putida menghasilkan beberapa jenis polisakarida penting. Polisakarida tersebut antara lain polisakarida ekstraselular, kapsular, dan lipopolisakarida (Kim et al., 1996).
Tujuan dari praktikum pembentukan agregat tanah adalah untuk mengetahui kemampuan konsorsia mikroba dalam membentuk agregat tanah.

http://chanlightz.blogspot.com/2011/05/pembentukan-agregat-tanah.html
Horison Tanah
Lapisan-lapisan dalam penampang tanah, biasanya hampir sejajar dengan permukaan tanah, tiap lapisan mempunyai karakteristik yang berbeda sebagai hasil proses perkembangan tanah.
Horison-horison Penyusun Tanah :
          Horison O
- Utamanya dijumpai pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu.
- Merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral
- Horison organik merupakan tanah yang mengandung bahan organik > 20% pada seluruh penampang tanah, tanah mineral biasanya kandungan bahan organik kurang dari 20% karena sifat-sifatnya didominasi oleh bahan mineral.
Ada 2 jenis horison O yaitu :
O1 : bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat.
O2 : bentuk asli sisa-sisa tanaman tidak terlihat.

          Horison A
- Merupakan horison di permukaan
- Merupakan campuran bahan organik dan bahan mineral.
- Merupakan horison eluviasi (pencucian).
Ada 3 jenis horison A, antara lain :
A1 : bahan mineral campur dengan humus dan berwarna gelap.
A2 : horison dimana terjadi pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat Fe, Al dan bahan organik.
A3 : horison peralihan A ke B, lebih menyerupai A

          Horison B
- horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik)
Ada 3 Jenis Horison B, yaitu :
B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadang-kadang bahan organik
B3 : peralihan B ke C, lebih menyerupai B.

          Horison C
Bahan induk dan sedikiit terlapuk.

          Horison D atau R
Batuan keras yang belum terlapuk.

Perlu kita ketahui bahwa tidak setiap tanah mempunyai sususnan horison seperti tersebut di atas.horison O umumnya hanya terdapat pada tanah-tanah hutan yang belum mengalami gangguan manusia. Sebagian besar tanah tidak mempunyai horison A2, karena tidak terjadi proses pencucian yang hebat selama pembentukan tanah. Seringkali tanah hanya mempunyai horison A dan C, utamanya pada tanah yang baru berkembang.



profil tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan organik pertukaran ion-ion, pergerakan dan pencucian bahan-bahan koloid (Buckman, 1982).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya  dari fraksi tanah halus. Berdasar atas perbandingan anyaknya butir-butir pasir, debu, liat maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam klasifikasi tanah tingkat famili kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir yan mencakup seluruh tanah. Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fragsi tanah yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran butienya lebuh halus maka setiap satuan berat mempunyai luas luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno,2003)
Warna tanah merupakan petujuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah pada umumnya oleh perbedaan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Bahan organik memberi warna kelabu, kelabu tua atau coklat tua pada tanah kecuali bila bahan dasarnya tertentu sperti oksida dan besi atau penimbunan garam memodifikasi warna. Akan tetapi banyak tanah tropika dengan kandungan oksida (hematit) yang tiggi berwarna merah, bahkan dengan sejumlah besar bahan organik (Nurhayati, 1986).
Batas lapisan dengan lapisan lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan di lapangan ketajaman peralihan lapisan-lapisan ini dibedakan kedalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari  12,5 cm). disamping itu entuk topografi dari batas horison tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus (Foth, 1988).
Karatan merupakan hasil pelapukan batuan tanah yang di pengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Karatan berwarna hitam mengandung banyak mangan (Mg) sedangkan berwarna merah mengandung besi (Fe). Karatan merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Karatan menunjukkan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah. Karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat kedalam tanah setempat sehingga terjadi oksidasi ditempat tersebut dan terbentuk senyawa-senywa Fe3+ yang berwarna merah. Bila air tida pernah menggenang tata udara dalam tanah selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keaadaan oksidasi (Fe3+) oleh karena itu umumnya berwarna merah atau coklat. (Foth, 1988).
TERASERING
Terasering adalah penanaman dengan membuat teras-teras yang dilakukan untuk mengurangi panjang lereng dan menahan atau memperkecil aliran permukaan agar air dapat meresap ke dalam tanah. Jenis terasering antara lain teras datar, teras kredit, Teras Guludan, dan teras bangku

JENIS JENIS TERAS
1.Teras Datar (level terrace)
Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 % dengan tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras datar dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan rumput
2.Teras Kridit (ridge terrace)
Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 - 10 %, bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit di mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan ditanami dengan tanaman seperti caliandra.
3.Teras Guludan (cotour terrace)
Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 - 50 % dan bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah
4.Teras Bangku (bench terrace)
Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 - 30 % dan bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija

Aliran permukaan”

Seputar Hidrologi

http://hydrospatial.files.wordpress.com/2010/04/puguh-dwi-raharjo-siklus-hidrologi.jpg?w=150&h=96
Siklus Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu tentang air yang ada di bumi, yaitu keterdapatannya, sifat-sifat fisis dan kimiawinya, sirkulasi dan penyebarannya, serta reaksinya terhadap lingkungan, termasuk hubungannya dengan kehidupan. (Sianawati, 2009)
Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di atmosfer dalam tiga bentuk: dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju. (lablink)
Gerakan air di permukaan bumi ini merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut secara berangsur-angsur. Matahari mengeluarkan energi panas yang akan menyebabkan terjadinya evaporasi di laut atau tubuh-tubuh perairan. Evaporasi akan menyebabkan terjadinya uap air tersebut terbawa angin melintasi daratan yang bergunung atau datar, apabila keadaan atmosfer memungkinkan sebagian dari uap air akan turun menjadi hujan. Dalam daur hidrologi komponen masukan utama berupa air hujan, air hujan yang jatuh di permukaan akan tertahan sementara di sungai, danau, dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia. (Asdak, 1995).
Evaporasi dan evapotranspirasi akibat adanya energi panas matahari dapat menyebabkan air yang ada di permukaan, dalam vegetasi, dalam lengas tanah serta laut mengalami penguapan dan menjadi uap air di atmosfer yang akan menyebabkan terjadinya hujan. Uap air yang jatuh sebagai hujan akan menempati ruang-ruang dipermukaan. Air hujan sebagian akan menjadi aliran permukaan (runoff), meresap kedalam tanah (infiltrasi), tertahan pada vegetasi, dan langsung pada tubuh air (sungai/laut).
Air hujan yang ada di permukaan akan mengalir sesuai dengan topografi dari tempat yang tinggi menuju pada tempat yang rendah. Aliran permukaan tersebut ada yang mengalir secara bebas (overlandflow) dan mengalir secara langsung (runoff). Apabila pada permukaan terdapat suatu cekungan maka aliran air akan tertampung sementara untuk kemudian mengalir pada system sungai menuju ke hilir/laut. Air permukaan yang melalui peresapan ke dalam tanah (infiltrasi) sebagian akan menjadi aliran antara dan sebagian yang ter-perkolasi (pergerakan air dari lengas tak jenus ke mintakat jenuh) akan menjadi air tanah. Sedangkan air hujan yang jatuh pada vegetasi terdapat beberapa proses, jatuh melalui sela-sela daun/ tajuk (througfall), mengalir ke bawah melalui batang pohon (streamflow), serta ada yang tidak sampai ke permukaan karena telah mengalami penguapan dari tajuk pohon (intersepsi).
Analisis kuantitatif dari konsep siklus hidrologi (neraca air), siklus dibatasi oleh kondisi fisik tertentu seperti DAS atau sebidang lahan, dan di dalamnya menerima masukan (input), proses, dan keluaran (output). Masukan (input) mencakup presipitasi dengan berbagai bentuknya. Keluaran (output) mencakup dua keluaran utama yaitu evaporasi dan limpasan serta bocoran akifer, sedangkan proses meliputi berbagai transfer air yang terjadi dalam system siklus tersebut. Pendekatan kedua ini apabila dikaji lebih jauh bentuknya sama dengan pendekatan pertama yaitu neraca air atau hidrologi, namun prosedur perhitungannya lebih komplek.
Seyhan (1977), Menyatakan bahwa respon sistem DAS dapat ditinjau dari tiga segi yaitu hujan (sebagai input), sistem DAS (sebagai operator), dan debit runoff (sebagai output). Sistem DAS sebagai operator mengubah hujan P(t) menjadi debit runoff Q(t). Sistem DAS yang merupakan lahan total dan permukaan air yang dibatasi oleh topografi merupakan salah satu cara memberikan sumbangan terhadap debit runoff. Besarnya hujan yang akan menjadi debit runoff tergantung pada karakteristik setiap DAS. Sistem DAS yang bertindak sebagai operator yang mengubah hujan P(t) menjadi debit runoff Q(t) dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagi berikut : MASUKAN –> STUKTUR SISTEM –> KELUARAN
Sekitar 396.000 km3 air naik ke atmosfer tiap tahun, 84% berasal dari samudera, 16% dari darat (danau, sungai, tanah, tanaman) à EVAPOTRANSPIRASI ; 75% air yang naik langsung jatuh ke samudera ; 10% jatuh ke tanah, mengalir kembali ke samudera ;15% meresap ke dalam tanah dimanfaatkan tanaman dll
DAS mempunyai suatu keterkaitan antara faktor biotik, abiotik dan budaya serta interaksi yang saling berpengaruh dari DAS bagian hulu, tengah dan hilir. Factor biotik merupakan makluk hidup yang menempati ruang DAS, factor abiotik merupakan permukaan lahan DAS tersebut sedangkan budaya adalah sifat dan perilaku masyarakat terhadap kawasan DAS.
Kawasan hulu DAS merupakan suatu daerah topografi tinggi kemiringan lebih besar dari 15 %, alur sungai rapat dan merupakan daerah konservasi. Kemiringan yang terjal menyebabkan aliran langsung permukaan sangat tinggi akan tetapi apabila konservasi pada daerah hulu ini relative baik, vegetasi dengan kerapatan tinggi dan system drainase yang tertata serta kondisi tanah yang stabil maka aliran langsung permukaan tersebut akan tertahan dan sebagian besar meresap ke dalam tanah, sehingga cadangan air dalam tanah sangat tinggi. Akan tetapi apabila konservasi daerah hulu yang buruk baik dari segi pengelolaan vegetasi dan tanah maka air hujan yang jatuh sebagian besar akan menjadi aliran langsung permukaan dan masuk pada system sungai. Hal ini dapat menyebabkan longsor pada wilayah hulu dan menjadikan banjir di kawasan tengah dan hilir DAS. Wilayah hulu DAS merupakan daerah yang penting karena berfungsi sebagai perlindungan terhadap seluruh DAS karena konservasi yang dilakukan pada hulu DAS akan berdampak pada seluruh DAS.
Karakteristik DAS pada umumnya tercermin dari penggunaan lahan, jenis tanah, topografi, kemiringan, panjang lereng, serta pola aliran yang ada. Pola aliran dalam das dapat terbentuk dari karakteristik fisik dari DAS. Pola aliran merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari lembah-lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau tidak dialiri sungai (riil). Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan, struktur, sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan geomerfologi dari daerah alairan sungai. Dengan demikian pola aliran sangat berguna dalam interpretasi kenampakan geomorfologis, batuan dan struktur geologi.

Reboisasi

Reboisasi (bahasa Inggris: reforestation) adalah penanaman kembali hutan yang telah ditebang (tandus, gundul). Reboisasi berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan menyerap polusi dan debu dari udara, membangun kembali habitat dan ekosistem alam, mencegah pemanasan global dengan menangkap karbon dioksida dari udara, serta dimanfaatkan hasilnya (terutama kayu).

Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman  kerusakan oleh  erosi dan / atau untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.
Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.
Tumbuhan yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-syarat (Osche et al, 1961): (a) mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji, (b)  mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, (c) tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun, (d) toleransi terhadap pemangkasan, (e) resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, (f) mampu menekan pertumbuhan gulma, (g) mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya, (h) sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan (i) tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur yang membelit.
Tanaman penutup tanah atau tanaman pembantu dapat digolongkan dalam (Osche et al 1961):

Tanaman penutup  tanah rendah

Tanaman penutup tanah rendah terdiri dari jenis rumput-rumputan  dan tumbuhan merambat atau menjalar:
  • Dipakai dalam pola pertanaman rapat: Calopogonium muconoides Desv, Centrosema pubescens Benth, Mimosa invisa Mart, Peuraria phaseoloides Benth.
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/10/calo-cs.jpg
  • Digunakan dalam pola pertanaman barisan: Eupatorium triplinerve Vahl (daun panahan, godong, prasman, jukut prasman), Salvia occidentalis Schwartz (langon, lagetan, randa nunut), Ageratum mexicanum Sims.
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/10/eupa-cs.jpg
  • Digunakanuntuk penguat teras dan saluran-saluran air: Althenanthera amoena Voss (bayem kremah, kremek), Indigofera endecaphylla jacq (dedekan), Ageratum conyzoides L (babandotan), Erechtites valerianifolia Rasim (sintrong), Borreria latifolia Schum (bulu lutung, gempurwatu), Oxalis corymbosa DC, Brachiaria decumbens, Andropogon zizanoides (akar wangi), Panicum maximum (rumput benggala), Panicum ditachyum (balaban, paitan), Paspalum dilatum (rumput Australia), Pennisetum purpureum (rumput gajah) .
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/10/alther-cs.jpg

Tanaman Penutup Tanah sedang (perdu)

  • Dipakai dalam pola pertanaman teratur di antara baris tanaman pokok: Clibadium surinamense var asperum baker, Eupatorium pallessens DC (Ki Dayang, Kirinyuh)http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/10/cli2.jpg
  • Digunakan dalam pola pertanaman pagar: Lantana camara L (tahi ayam, gajahan, seruni), Crotalaria anagyroides HBK, Tephrosia candida DC, Tepherosia vogelii, Desmodium gyroides DC (kakatua, jalakan). Acacia villosa Wild (lamtoro merah), Sesbania grandiflora PERS (turi), Calliandra calothyrsus Meissn (kaliandra merah), Gliricidia maculata (johar cina, gamal), Flemingia congesta Roxb, Crotalaria striata DC., Clorataria juncea, L. Crotalaria laurifolia Poir (urek-urekan, kacang cepel),  Cajanus cajan Nillst (kacang hiris, kacang sarde)  dan Indigofera arrecta Hooscht.
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/10/fle.jpg
  • Penggunaan di luar areal pertanaman utama dan merupakan sumber pupuk hijau dan mulsa,  untuk penghutanan dan perlindungan dinding jurang: Leucaena glauca (L) Benth (pete cina, lamtoro, kemelandingan), Tithonia tagetiflora Desp, Graphtophyllum pictum Gries (daun ungu, handeuleum), Cordyline fruticosa Backer, Eupatorium riparium REG.
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/10/leu.jpg

Tanaman penutup tanah tinggi atau tanaman pelindung

  • Digunakan dalam pola teratur di antara baris tanaman utama: Albizia falcata (sengon laut, jeunjing), Grevillea robusta A Cum, Pithecellobium saman benth (pohon hujan), Erythrina sp (dadap), Gliricidia sepium
http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/10/albi.jpg
  • Dipakai dalam barisan: Leucaena glauca atau Leucaena leucocephala
  • Penggunaan untuk melindungi jurang, tebing atau untuk penghutanan kembali: Albizia falcata dan Leucaena glauca, Albizia procera Benth, Acacia melanoxylon, Acacia mangium, Eucalyptus saligna, Cinchona succirubra, Gigantolochloa apus (bambu apus), Dendrocalamus asper, Bambusa bambos.

http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/10/albicin1.jpg

Tumbuh-tumbuhan bawah (undergrowth) alami pada perkebunan

Banyak usaha telah dilakukan pada beberapa perkebunana, terutama perkebunan karet, dalam memanfaatkan tumbuh-tumbuhan bawah alami untuk melindungi tanah.

Tumbuhan yang tidak disukai

Banyak tumbuhan  yang termasuk dalam tumbuhan pengganggu atau tidak disukai yang dapat berfungsi sebagai penutup tanah atau pelindung tanah terhadap ancaman erosi. Tumbuh-tumbuhan itu tidak disukai karena sifat-sifatnya yang merugikan tanaman pokok dan sulit diberantas atau dibersihkan  dari lahan usaha pertanian: Imperata cylindrica, Panicum repens (lampuyangan), Leersia hexandra (kalamento), Saccharum spontaneum (gelagah), Anastrophus compressus dan Paspalum compressum (tumput pahit).
Tanaman Kacang – Kacangan Penutup Tanah
• Legume (LCC=legume cover crop)
• Syarat : mudah diperbanyak (biji, stek), perakaran dangkal, pertumbuhan cepat daun banyak, tahan : pangkas, kering, naungan, OPT,mudah diatur-tidak membelit, tidak berduri, menyuburkan tanah
          Tanaman kacang-kacangan penutup tanah adalah setiap tanaman tahunan, dua tahunan, atau tahunan tumbuh sebagai monokultur (satu jenis tanaman tumbuh bersama-sama) atau polikultur (beberapa jenis tanaman tumbuh bersama-sama), untuk memperbaiki berbagai kondisi yang terkait dengan pertanian berkelanjutan. Tanaman penutup tanah sangat penting, alat berkelanjutan yang digunakan untuk mengelola kesuburan tanah, kualitas tanah, air, gulma (tanaman yang tidak diinginkan yang membatasi potensi produksi tanaman), hama (binatang yang tidak diinginkan, biasanya serangga, yang membatasi potensi produksi tanaman), penyakit, dan keragaman dan satwa liar , di AGROEKOSISTEM (Lu et al 2000).
          AGROEKOSISTEM adalah sistem ekologi dikelola oleh manusia di berbagai intensitas untuk menghasilkan pangan, pakan, atau serat. Untuk skala besar, bentuk manusia struktur dan fungsi ekologis proses alam yang terjadi di AGROEKOSISTEM. Sebagai AGROEKOSISTEM sering berinteraksi dengan ekosistem alami tetangga dalam lanskap pertanian, tanaman penutup yang dapat meningkatkan keberlanjutan agroekosistem atribut juga mungkin secara tidak langsung meningkatkan kualitas ekosistem alam sekitarnya. Petani memilih untuk menanam jenis tanaman penutup tanah tertentu dan untuk mengatur mereka dengan cara tertentu berdasarkan kebutuhan khusus dan tujuan mereka sendiri . Kebutuhan dan tujuan yang dipengaruhi oleh biologis, lingkungan, faktor sosial, budaya, dan ekonomi dari sistem pangan di mana petani beroperasi (Snapp et al 2005)..

Macam Penutup Tanah
• Menjalar : diantara barisan tanaman, pelindung tebing, bersifat permanen

• Pelindung perdu : di antara barisan TBM, sebagai pagar, pupuk hijau, sementara
                Jenis LCC Tipe Menjalar pada Perkebunan Kelapa Sawit
• Centrosema pubescens / CP
• Pueraria javanica / PJ
• Calopoginium mucunoides / CM
• Psopocarphus polustris / PP
• Calopogonium caeruleum / CC
• Desmodium ovalifolium / DO
• Mucuna conchinchinensis / MC
• Pueraria phascoloides / PP
              Jenis LCC Tipe Pelindung Perdu pada Perkebunan Kelapa Sawit• Flemingia congesta
• Crotalaria anagyroides
• Tephrosia vogelii
• Caliandra callothyrsus (putih)
• Caliandra tetragona (merah)
• Penanaman LCC secara campuran dari berbagai jenis lebih menguntungkan dari pada hanya menggunakan 1 jenis LCC
• Seleksi LCC: perlu dilakukan sebelum dilakukan penanaman, seleksi dilakukan melalui pengujian daya kecambah
• Tujuan seleksi LCC: mengetahui kemurnian dan persentase pertumbuhan dari LCC sehingga akan didapatkan pertumbuhan di lahan yang baik
• Tingkat pertumbuhan minimum beberapa jenis kacangan: Calopoginium mucunoides (40%), Calopogonium caeruleum (30%), Pueraria javanica (60%), Mucuna conchinchinensis (75%)
• Apabila persentase pertumbuhan di bawah standar, kebutuhan benih dapat ditambah secara proporsional

Tanaman kacang – kacangan penutup tanah / Cover Crop juga disebut "pupuk hijau" ini digunakan untuk mengelola berbagai macronutrients tanah dan mikro. Sebagai contoh di Nigeria, tanaman penutup tanah Mucuna pruriens (koro benguk) telah ditemukan untuk meningkatkan ketersediaan fosfor dalam tanah setelah petani menggunakan lebih sedikit rock phosphate (Vanlauwe et al. 2000). Sehubungan dengan nutrisi, dampak tanaman pelindung yang ada pada manajemen nitrogen telah sangat diakui & dinikmati oleh para peneliti dan petani, karena nitrogen sering menjadi unsur ghara yang paling penting dalam produksi tanaman. Cover crop / tanaman penutup yang dikenal sebagai "pupuk hijau" yang tumbuh dan dimasukkan (oleh olah tanah) ke dalam tanah sebelumnya mencapai kematangan penuh, dan dimaksudkan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitasnya . Mereka umumnya polong- polongan, yang berarti mereka adalah bagian dari Fabaceae (kacang) . Familia Fabaceae ini adalah unik karena semua spesies di dalamnya menghasilkan polong, seperti kacang, kacang-kacangan, bunga lupin dan alfalfa. tanaman penutup polongan biasanya tinggi dalam nitrogen dan sering bisa, untuk berbagai tingkatan, memberikan jumlah N yang diperlukan untuk produksi tanaman yang biasanya bisa diterapkan dalam bentuk pupuk kimia ( disebut pupuk pengganti ) (Thiessen-Martens et al 2005).. Kualitas lain yang unik untuk tanaman penutup polongan adalah bahwa mereka membentuk hubungan simbiosis dengan bakteri rhizobial yang berada di bintil akar leguminosa. Bunga lupin memiliki nodul yang isinya mikroorganisme tanah Bradyrhizobium sp. (Lupinus). Bradyrhizobia ditemui sebagai microsymbionts pada tanaman polongan lain (Argyrolobium, Lotus, Ornithopus, Acacia, Lupinus) asal Mediterania. Bakteri ini mengkonversi secara biologis N2 yang tersedia atmosfer gas nitrogen (N2) untuk nitrogen mineral biologis yang siap serap (NH4 +) melalui proses fiksasi nitrogen biologis. Sebelum kedatangan proses Haber-Bosch, metode energi-intensif dikembangkan untuk melakukan fiksasi nitrogen industri dan menciptakan pupuk kimia nitrogen, nitrogen paling diperkenalkan ke ekosistem muncul melalui fiksasi nitrogen biologis (Galloway et al 1995).. Beberapa ilmuwan percaya bahwa fiksasi nitrogen biologis luas, terutama dicapai melalui penggunaan tanaman pelindung, adalah satu-satunya alternatif untuk fiksasi nitrogen industri dalam upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat produksi pangan di masa depan (Bohlool et al 1992,. Masyarakat dan Craswell 1992, Giller dan Cadisch 1995). fiksasi nitrogen Industri telah dikritik sebagai sumber nitrogen tidak berkelanjutan untuk produksi pangan akibat ketergantungan pada energi bahan bakar fosil dan dampak lingkungan yang terkait dengan penggunaan pupuk kimia nitrogen di bidang pertanian (Jensen dan Hauggaard-Nielsen 2003). Seperti dampak lingkungan yang luas termasuk kerugian pupuk nitrogen ke dalam air, yang dapat menyebabkan eutrofikasi (loading gizi) dan berikutnya hipoksia (deplesi oksigen) dari tubuh besar air. Sebuah contoh ini terletak pada Cekungan Mississippi Valley, di mana tahun loading pupuk nitrogen ke dalam DAS dari produksi pertanian telah menghasilkan zona "hipoksia mati" dari Teluk Meksiko ukuran dari New Jersey (Rabalais et al 2002).. Kompleksitas ekologi kehidupan laut di zona ini telah berkurang sebagai konsekuensi (CENR 2000). nitrogen membawa Selain ke AGROEKOSISTEM melalui fiksasi nitrogen secara biologis, tanaman penutup dikenal sebagai "tanaman menangkap" digunakan untuk mempertahankan dan daur ulang nitrogen tanah sudah ada. Menangkap tanaman nitrogen surplus mengambil sisa dari fertilisasi tanaman sebelumnya, mencegah dari yang hilang melalui pencucian (Morgan et al. 1942) denitrifikasi, atau gas atau penguapan (Thorup-Kristensen et al 2003).. Catch tanaman biasanya cepat tumbuh spesies sereal tahunan disesuaikan dengan mengais nitrogen tersedia secara efisien dari tanah (Ditsch dan Alley 1991). Nitrogen terikat dalam biomassa tanaman menangkap dilepaskan kembali ke tanah setelah tanaman menangkap didirikan sebagai pupuk hijau atau mulai terurai

Contoh Kebutuhan Benih LCC
• Pada penanaman LCC secara campuran kebutuhan benihnya sebagai berikut: Calopoginium mucunoides (6 kg/ha), Pueraria javanica (3 kg/ha), Mucuna conchinchinensis (2 kg/ha), dan Calopogonium caeruleum (0,5 kg/ha)


Kegunaan LCC
• Menahan pukulan hujan
• Menahan laju air limpasan
• Menambah N
• Menambah BO (memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah)
• Melindungi permukaan tanah dari erosi
• Mengurangi pencucian unsur hara
• Mempercepat pelapukan barang sisa LC/replanting
• Menekan pertumbuhan gulma


Cover crop / tanaman penutup dapat meningkatkan kualitas tanah dengan meningkatkan tingkat bahan organik tanah melalui input tutupan biomassa tanaman dari waktu ke waktu. Peningkatan bahan organik tanah meningkatkan struktur tanah, serta air dan gizi memegang dan kapasitas dapar tanah (Patrick et al 1957).. Hal ini juga dapat menyebabkan peningkatan penyerapan karbon tanah, yang telah dipromosikan sebagai strategi mitigasi untuk membantu mengimbangi meningkatnya kadar karbon dioksida atmosfer (Kuo dkk 1997, Sainju dkk.. 2002, Lal, 2003).
Meskipun tanaman penutup dapat melakukan beberapa fungsi dalam suatu agroekosistem secara bersamaan, mereka sering ditanam untuk tujuan tunggal mencegah erosi tanah. erosi tanah adalah proses yang diperbaiki lagi dapat mengurangi kapasitas produktif suatu agroekosistem. tanaman penutup padat berdiri secara fisik memperlambat kecepatan curah hujan sebelum kontak permukaan tanah, mencegah tanah percikan dan aliran permukaan yg menyebabkan (Romkens et al 1990).. Selain itu, jaringan akar tanaman penutup besar membantu jangkar tanah di tempat dan meningkatkan porositas tanah, menciptakan jaringan habitat yang cocok untuk makrofauna tanah (Tomlin et al 1995)..
Kualitas tanah dikelola untuk menghasilkan situasi optimal untuk tanaman berkembang. Faktor utama kualitas tanah adalah salinasi tanah, pH, keseimbangan mikroorganisme dan pencegahan kontaminasi tanaman
                  Pengendalian Air
Dengan mengurangi erosi tanah, tanaman penutup seringkali juga mengurangi baik tingkat dan kuantitas air yang mengalir di luar lapangan, yang biasanya akan menimbulkan risiko lingkungan perairan dan ekosistem hilir (Dabney et al 2001).. Cover biomassa tanaman bertindak sebagai penghalang fisik antara curah hujan dan permukaan tanah, sehingga air hujan untuk terus menetes ke bawah melalui profil tanah. Juga, seperti yang dinyatakan di atas, mencakup hasil pertumbuhan akar tanaman dalam pembentukan pori tanah, yang selain untuk meningkatkan habitat tanah makrofauna menyediakan jalur untuk air untuk menyaring melalui profil tanah daripada pengeringan di luar lapangan sebagai aliran permukaan. Dengan resapan air meningkat, potensi untuk penyimpanan tanah air dan pengisian kembali akuifer dapat ditingkatkan (Joyce et al 2002).. Tepat sebelum tanaman penutup tanah adalah dibunuh (oleh praktek tersebut termasuk memotong, mengolah, discing, rolling, aplikasi herbisida) mereka berisi sejumlah besar uap air. Ketika tanaman penutup tanah adalah dimasukkan ke dalam tanah, atau ditinggalkan di permukaan tanah, sering kali meningkatkan kelembaban tanah. Dalam AGROEKOSISTEM mana air untuk produksi tanaman adalah pasokan pendek, tanaman penutup dapat digunakan sebagai mulsa untuk menghemat air dengan bayangan, dan pendinginan permukaan tanah. Hal ini akan mengurangi penguapan kelembaban tanah. Dalam situasi petani lainnya mencoba untuk mengeringkan tanah secepat mungkin akan memasuki musim tanam. Di sini kelembaban konservasi tanah dapat menjadi masalah yang berkepanjangan. Sementara tanaman penutup dapat membantu untuk melestarikan air, di daerah beriklim sedang (terutama pada tahun-tahun dengan curah hujan rata-rata di bawah ini) mereka dapat penarikan pasokan air tanah di musim semi, terutama jika kondisi pertumbuhan iklim yang baik. Dalam kasus ini, tepat sebelum tanam, petani seringkali menghadapi tradeoff antara manfaat dari peningkatan pertumbuhan tanaman penutup dan kekurangan mengurangi kelembaban tanah untuk produksi tanaman kas musim itu.
          Pengendalian Gulma, hama dan penyakit
Tanaman penutup tebal berdiri juga sering bersaing dengan gulma selama masa pertumbuhan tanaman penutup tanah, dan dapat mencegah biji gulma yang paling berkecambah dari menyelesaikan siklus hidup mereka dan mereproduksi. Jika tanaman penutup yang tersisa pada permukaan tanah daripada dimasukkan ke dalam tanah sebagai pupuk hijau setelah pertumbuhan yang dihentikan, dapat membentuk tikar hampir tak tertembus. Hal ini secara drastis mengurangi transmitansi cahaya untuk bibit gulma, yang dalam banyak kasus mengurangi tingkat perkecambahan biji gulma (Teasdale 1993). Lebih jauh lagi, bahkan ketika benih gulma berkecambah, mereka sering kehabisan energi yang tersimpan untuk pertumbuhan sebelum membangun kapasitas struktural yang diperlukan untuk menembus lapisan mulsa tanaman penutup. Hal ini sering disebut tanaman penutup melimpahi efek (Kobayashi et al 2003).. Beberapa tanaman penutup menekan pertumbuhan gulma baik selama dan setelah kematian (Blackshaw et al 2001).. Selama pertumbuhan tanaman pelindung ini bersaing keras dengan gulma untuk ruang yang tersedia, ringan, dan nutrisi, dan setelah kematian mereka melimpahi berikutnya flush gulma dengan membentuk lapisan mulsa di permukaan tanah. Sebagai contoh, Blackshaw et al. (2001) menemukan bahwa bila menggunakan Melilotus officinalis (sweetclover kuning) sebagai tanaman penutup pada sistem bera yang diperbaiki (di mana masa bera sengaja ditingkatkan dengan sejumlah praktek manajemen yang berbeda, termasuk penanaman tanaman pelindung), biomassa rumput hanya merupakan antara 1-12% dari total biomassa berdiri di akhir musim tanam tanaman penutup. Selanjutnya, setelah berakhirnya tanaman penutup tanah, residu sweetclover gulma kuning ditekan ke tingkat 75-97% lebih rendah dibandingkan dengan kosong (tidak ada sweetclover kuning) sistem Selain penekanan gulma berbasiskan-kompetisi atau fisik, tanaman penutup tertentu dikenal untuk menekan gulma melalui allelopathy (Creamer et al 1996,. Singh et al. 2003). Hal ini terjadi ketika menutup senyawa biokimia tertentu tanaman yang rusak yang terjadi bersifat toksik bagi, atau menghambat perkecambahan biji, jenis tanaman lainnya. Beberapa contoh yang terkenal tanaman penutup allelopati adalah Secale cereale (gandum), Vicia villosa (vetch berbulu), Trifolium berpura-pura (semanggi merah), Sorghum bicolor (sorgum-sudangrass), dan spesies di keluarga Brassicaceae, khususnya mustard (Haramoto dan Gallandt 2004). Dalam sebuah penelitian, rye menutupi sisa tanaman yang ditemukan telah diberikan antara 80% dan 95% dari kontrol gulma berdaun lebar awal musim ketika digunakan sebagai mulsa selama produksi tanaman yang berbeda seperti kedelai, tembakau, jagung, dan bunga matahari (Nagabhushana et al 2001).
          Dengan cara yang sama bahwa sifat allelopati tanaman penutup dapat menekan gulma, mereka juga dapat mematahkan siklus penyakit dan mengurangi populasi penyakit bakteri dan jamur (Everts 2002), dan nematoda parasit (Potter et al. 1998, Vargas-Ayala dkk. 2000 ). Spesies dalam keluarga Brassicaceae, seperti mustard, telah banyak ditunjukkan untuk menekan populasi penyakit jamur melalui pelepasan zat kimia beracun alami selama degradasi senyawa glucosinolade pada jaringan tanaman sel mereka (Lazzeri dan Manici 2001).
Beberapa tanaman penutup digunakan sebagai apa yang disebut "tanaman perangkap", untuk menarik hama menjauh dari tanaman utama dan terhadap apa yang hama lihat sebagai habitat yang lebih baik (Shelton dan Badenes-Perez 2006). Perangkap areal tanaman dapat didirikan dalam tanaman, dalam pertanian, atau dalam lanskap. Dalam banyak kasus, tanaman perangkap ditanam selama musim yang sama dengan tanaman pangan yang dihasilkan. Luas lahan terbatas diduduki oleh tanaman perangkap dapat diobati dengan pestisida sekali hama tertarik ke dalam perangkap dalam jumlah yang cukup besar untuk mengurangi populasi hama. Dalam beberapa sistem organik, petani akan mendapat manfaat selama tanaman perangkap dengan bekerja sebagai vakum yang berukuran besar secara fisik menarik dari hama tanaman dan keluar dari lapangan (Kuepper dan Thomas 2002). Sistem ini telah direkomendasikan untuk digunakan untuk membantu mengendalikan hama lygus bug dalam produksi stroberi organik (Zalom et al. 2001). tanaman pelindung lainnya digunakan untuk menarik predator alami hama dengan menyediakan unsur-unsur habitat mereka. Ini adalah bentuk kontrol biologis dikenal sebagai habitat augmentasi, tetapi dicapai dengan menggunakan tanaman penutup (Bugg dan Waddington 1994). Temuan mengenai hubungan antara kehadiran tanaman penutup tanah dan predator / dinamika populasi hama telah dicampur, menunjuk ke arah perlunya informasi yang lengkap tentang jenis tanaman penutup yang spesifik dan praktik manajemen terbaik untuk melengkapi strategi manajemen hama terpadu yang diberikan. Misalnya, tungau predator Euseius tularensis (Congdon) dikenal untuk membantu mengendalikan hama thrips jeruk di kebun jeruk California Tengah. Para peneliti menemukan bahwa beberapa penanaman tanaman pelindung yang berbeda polongan (seperti kacang bel, vetch woollypod, Selandia Baru semanggi putih, dan kacang musim dingin Austria) disediakan serbuk sari yang cukup sebagai sumber makanan menyebabkan peningkatan populasi musiman di Congdon, yang dengan waktu yang baik berpotensi cukup memperkenalkan tekanan predator untuk mengurangi populasi hama thrips jeruk (Grafton-Cardwell et al. 1999).
              




 Dampak Negatif LCC
• Persaingan dengan tanaman pokok
• Mengganggu tanaman pokok
• Sebagai tempat bersarang tikus
• Kadang menjadi inang dari bakteri, virus, dan jamur
              Beberapa Perlakuan Sebelum Penanaman Benih LCC
• Perendaman benih dalam air hangat: dilakukan selama 2 jam pada suhu 75ºC
• Direndam dalam larutan glycerin: selama 2 jam pada suhu 60ºC
• Direndam dalam larutan asam (asam sulfat): selama 8-15 menit
• Penipisan kulit benih (skarifikasi)
• Supaya pertumbuhan dan perkembangan LCC berlangsung dengan baik, sebelum benih di tanam perlu diinokulasi menggunakan Rhizobium , atau setelah air perendam mendingin,campurkan pupuk mikroba TX- 777 4 tutup botol / liter air dan segenggam MX-888 per liter air rendaman.
                      Pohon Pelindung
• Ada beberapa jenis tanaman perkebunan yang habitat aslinya di dalam hutan untuk memberikan hasil yang tinggi perlu naungan sebagian, dengan pohon pelindung
• Pohon pelindung : dalam barisan, melindungi tanaman pokok atau tebing, pematah angin, bersifat tetap, Albizzia falcata (sengon laut), Leucaena glauca, L. leucocephala
• Pohon pelindung mengurangi intensitas cahaya dan suhu, meningkatkan kelembaban udara dan mempertahankan lengas tanah, menambah bahan organik
          Kriteria tanaman yang akan digunakan
sebagai pohon pelindung
1. Morfologi daun, tipe percabangan, ketahanan hama penyakit
2. Tumbuh cepat & mampu tumbuh pada tanah kurang subur
3. Tidak mengalami gugur daun pada musim tertentu
4. Tidak bersaing dalam kebutuhan air dan hara dengan tanaman pokok
5. Tidak menjadi inang penyakit, tahan akan angin dan mudah dimusnahkan
6. Sebaiknya dapat bernilai ekonomis


kesuburan tanah

Posted by : Unknown
Date :Sabtu, 27 Juli 2013
With 0komentar
Prev
▲Top▲