Newest Post

pengujian pasca sertifikasi

| Minggu, 26 Mei 2013
Baca selengkapnya »


Pengujian pasca sertifikat adalah pengujian yang dilakukan setelah benih tersebut mendapat sertifikat. Pada pengujian ini ada beberapa hal untuk dilihat yaitu: bagaimana kondisi benih dipasaran, kemasan benih, dan batas kadaluarsa.


a. Kondisi benih dipasaran
Kodisi benih dipasaran setelah benih mendapat sertifikat, perlu dilihat kembali bagaimana proses penyalurannya dari pihak produsen hingga sampai kepada pihak petani, apakah dilakukan dengan baik agar tidak merusak kondisi benih atau tidak. Apakah benih yang telah beredar dipasar tersebut banyak diminati petani atau tidak.
b. Kemasan benih
Kemasan benih sangat mempengaruhi baik itu kondisi benih dipasaran maupun daya tarik konsumen untuk membeli produk tersebut. Dalam hal kondisi benih akan sangat mempengaruhi kualitas benih baik secara fisik maupun fisiologis benih tersebut. Karena kemasan benih yang tidak baik dapat mempengaruhi jangka hidup benih, daya kecambah benih, kadar air benih dan lain sebagainya. Semakin baik kemasan benih maka kualitas benih selama benih masih dipasaran hingga sampai ke pihak petani akan tetap terjaga. Kemasan yang baik tersebut diantaranya adalah kemampuan kemasan untuk menahan uap air dan udara dari luar kemasn benih, semakin baik daya tahannya maka mutu kemasan tersebut semakin baik.
c. Batas kadaluarsa
Batas kadaluarsa sangat penting untuk dilihat hal ini berkaitan dengan perlindungan kepada petani sebagai konsumen benih. Pada setiap kemasan seharusnya telah tercantum batas kadaluarsa benih sesuai dengan hasil sertifikasi yang telah ditentukan. Batas kadaluarsa ini ditentukan sebelum masa berlaku sertifikat habis. Setelah batas kadaluarsa maka benih harus dilakukan pengujian kembali untuk menjamin mutu benih tersebut.

Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara dan tempat penyimpanan (Sutopo, 1988). Dalam kegiatan penanganan benih, secara umum benih dikelompokkan ke dalam dua golongan utama sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dituntut, yaitu benih recalsitrant dan benih orthodox (Roberts, 1973a dalam Schmidt, 2000). Benih orthodox mampu disimpan dalam waktu yang lama pada kadar air benih yang rendah (2 – 5%) dan suhu penyimpanan yang rendah. Benih recalsitrant adalah benih yang viabilitasnya segera turun sampai nol jika disimpan dalam waktu yang lama dan kadar air yang rendah (Roberts, 1973 dalam Anonim, 2000). Pada benih recalsitrant, kadar air benih pada waktu masak lebih dari 30% sampai 50%, dan sangat peka terhadap pengeringan di bawah 12% sampai 30%. Kelompok species yang benihnya tahan terhadap pengeringan sampai kadar air benih yang rendah seperti pada benih orthodox, tetapi sangat peka terhadap suhu penyimpanan yang rendah, belakangan ini dikelompokkan dalam benih intermediate (Ellis et al., 1990 dalam Schmidt, 2000).
Faktor internal mencakup-sifat-sifat benih secara genetik, faktor kondisi benih meliputi kadar air dan vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan mekanis.faktor lingkungan meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik mencakup RH, suhu dan gas. Kemasan benih akan berpengaruh pada kadar air benih selama penyimpanan. Peningkatan kadar air benih akan mempercepat laju kemunduran benih.
Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan kualitas benih selama dalam penyimpanan dan atau pemasaran, sehingga benih tetap terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Bahan pengemas yang terbuat dari alumunium foil tidak bersifat porus karena dilapisi bahan plastik di dalamnya, tetapi kekuatan regangan tidak sebaik dengan bahan pengemas plastik. Bahan plastik cenderung lebih kuat sedangkan bahan dari alumunium foil kekuatan terhadap regangan nya sedang sehingga sangat dimungkinkan sekali tempat kemasan mudah rusak dan memungkinkan adanya pertukaran udara dari luar dan uap air ke dalam kemasan sehingga sedikit demi sedikit kualitas benih menurun.
Sedangkan untuk bahan pengemas kertas sangat mudah sekali robek dan bersifat porus sehingga pertukaran gas-gas dari luar ataupun uap air dapat denganmudah terjadi, hal seperti inilah yang mempercepat proses deteriorasi pada benih. Bahan pengemas dari kertas hanya mampu untuk jangka penyimpanan yang relatif singkat.
Penyimpanan benih dengan Berbagi Jenis kemasan bertujuan untuk mengetahui kemasan yang cocok digunakan untuk penyimpanan benih dimana kemasan itu dapat menjaga kadar air dan serangan dari hama gudang selama penyimpanan.Dimana pada praktek kali ini saya mmenggunakan Aluminium foil, kertas Amplop, Dan plastic. Dari ketiga metode ini memiliki ketahanan yang berbeda-beda. Bahan kemasan kertas merupakan bahan yang kedap udara, Kertas merupakan struktur lembaran yang terbuat dari pulp dan bahan lain sebagai bahan tambahan dengan fungsi tertentu. Bagian terbesar kertas adalah pulp, sedangkan bahan lain sebagai bahan tambahan hanya sedikit karena digunakan hanya untuk mendapat sifat tertentu. Kemasan kertas memang tidak sebaik kemasan plastic dalam mempertahankan kadar air benih, tetapi masih lebih baik dibanding kemasan kain. Sifat kertas yang mudah basah pada kondisi lembap diduga sebagai penyebab meningkatnya kadar air benih pada periode simpan selanjutnya. Dari segi sifat kekedapan udara maupun uap air, aluminum foil lebih baik dibanding plastik, tetapi dari segi kekuatan dan keelastisan, aluminum foil mudah sobek dan lebih kedap udara dari kertas.kemasan yang baik dalah kemasan yang kedap akan udara untuk menghambat laju resfirasi benih.
Dari table diatas tingkat kerusakan benih sangat nyata terutama pada benih kedelai benih yang disimpan pada kemasan alfo, amplop dan kertas mengalami kerusakan seperti benih berlobang-lobang, berubah warna, serta ada ditemukan hama di dalam benih dan di dalam kemasan. Hal ini disebabkan oleh pada saat pengemasan hama terbawa oleh benih sehingga berkembang biak di dalam kemasan sehingga benih menjadi rusak. Dari persentase daya kecambah benih kedelai juga sudah mengalami penurunan. Hal ini disebakan oleh hama yang ada didalam kemasan. Namun benih jagung tidak mengalami penurunan yang sangat drastic. Dari table diatas kemasan yang cocok untuk menjadi bahan pengemas benih adalah aluminium foil dan flastik kerena mampu mempertahankan persentase Kadar air dan persentase daya kecambah. Karena kedua bahan ini lebih kedap udara dari pada bahan dari kertas. Bahan pengemas yang terbuat dari alumunium foil tidak bersifat porus karena dilapisi bahan plastik di dalamnya, tetapi kekuatan regangan tidak sebaik dengan bahan pengemas plastik. bahan dari alumunium foil kekuatan terhadap regangan nya sedang sehingga sangat dimungkinkan sekali tempat kemasan mudah rusak dan memungkinkan adanya pertukaran udara dari luar dan uap air ke dalam kemasan sehingga sedikit demi sedikit kualitas benih menurun. Sedangkan untuk bahan pengemas kertas sangat mudah sekali robek dan bersifat porus sehingga pertukaran gas-gas dari luar ataupun uap air dapat denganmudah terjadi, hal seperti inilah yang mempercepat proses deteriorasi pada benih.

http://erikjonsitanggang.blogspot.com/2012/02/ketahanan-benih-untuk-disimpan-beragam_05.html

pengujian pasca sertifikasi

Posted by : Unknown
Date :Minggu, 26 Mei 2013
With 0komentar
Next Prev
▲Top▲