Pengujian pasca sertifikat adalah
pengujian yang dilakukan setelah benih tersebut mendapat sertifikat. Pada
pengujian ini ada beberapa hal untuk dilihat yaitu: bagaimana kondisi benih
dipasaran, kemasan benih, dan batas kadaluarsa.
a. Kondisi benih dipasaran
Kodisi benih dipasaran setelah benih mendapat sertifikat, perlu dilihat
kembali bagaimana proses penyalurannya dari pihak produsen hingga sampai kepada
pihak petani, apakah dilakukan dengan baik agar tidak merusak kondisi benih atau
tidak. Apakah benih yang telah beredar dipasar tersebut banyak diminati petani
atau tidak.
b. Kemasan benih
Kemasan benih sangat mempengaruhi baik itu kondisi benih dipasaran maupun
daya tarik konsumen untuk membeli produk tersebut. Dalam hal kondisi benih akan
sangat mempengaruhi kualitas benih baik secara fisik maupun fisiologis benih
tersebut. Karena kemasan benih yang tidak baik dapat mempengaruhi jangka hidup
benih, daya kecambah benih, kadar air benih dan lain sebagainya. Semakin baik
kemasan benih maka kualitas benih selama benih masih dipasaran hingga sampai ke
pihak petani akan tetap terjaga. Kemasan yang baik tersebut diantaranya adalah
kemampuan kemasan untuk menahan uap air dan udara dari luar kemasn benih,
semakin baik daya tahannya maka mutu kemasan tersebut semakin baik.
c. Batas kadaluarsa
Batas kadaluarsa sangat penting
untuk dilihat hal ini berkaitan dengan perlindungan kepada petani sebagai
konsumen benih. Pada setiap kemasan seharusnya telah tercantum batas kadaluarsa
benih sesuai dengan hasil sertifikasi yang telah ditentukan. Batas kadaluarsa
ini ditentukan sebelum masa berlaku sertifikat habis. Setelah batas kadaluarsa
maka benih harus dilakukan pengujian kembali untuk menjamin mutu benih
tersebut.
Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara dan
tempat penyimpanan (Sutopo, 1988). Dalam kegiatan penanganan benih, secara umum
benih dikelompokkan ke dalam dua golongan utama sesuai dengan kondisi
penyimpanan yang dituntut, yaitu benih recalsitrant dan benih orthodox
(Roberts, 1973a dalam Schmidt, 2000). Benih orthodox mampu disimpan dalam waktu
yang lama pada kadar air benih yang rendah (2 – 5%) dan suhu penyimpanan yang
rendah. Benih recalsitrant adalah benih yang viabilitasnya segera turun sampai
nol jika disimpan dalam waktu yang lama dan kadar air yang rendah (Roberts,
1973 dalam Anonim, 2000). Pada benih recalsitrant, kadar air benih pada waktu
masak lebih dari 30% sampai 50%, dan sangat peka terhadap pengeringan di bawah
12% sampai 30%. Kelompok species yang benihnya tahan terhadap pengeringan
sampai kadar air benih yang rendah seperti pada benih orthodox, tetapi sangat
peka terhadap suhu penyimpanan yang rendah, belakangan ini dikelompokkan dalam
benih intermediate (Ellis et al., 1990 dalam Schmidt, 2000).
Faktor internal mencakup-sifat-sifat benih secara genetik, faktor kondisi
benih meliputi kadar air dan vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan
mekanis.faktor lingkungan meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik
mencakup RH, suhu dan gas. Kemasan benih akan berpengaruh pada kadar air benih
selama penyimpanan. Peningkatan kadar air benih akan mempercepat laju
kemunduran benih.
Tujuan
pengemasan adalah untuk mempertahankan kualitas benih selama dalam penyimpanan
dan atau pemasaran, sehingga benih tetap terjamin daya tumbuh dan daya
kecambahnya secara normal. Bahan pengemas yang terbuat dari alumunium foil
tidak bersifat porus karena dilapisi bahan plastik di dalamnya, tetapi kekuatan
regangan tidak sebaik dengan bahan pengemas plastik. Bahan plastik cenderung
lebih kuat sedangkan bahan dari alumunium foil kekuatan terhadap regangan nya
sedang sehingga sangat dimungkinkan sekali tempat kemasan mudah rusak dan
memungkinkan adanya pertukaran udara dari luar dan uap air ke dalam kemasan
sehingga sedikit demi sedikit kualitas benih menurun.
Sedangkan untuk bahan pengemas kertas sangat mudah sekali robek dan bersifat porus sehingga pertukaran gas-gas dari luar ataupun uap air dapat denganmudah terjadi, hal seperti inilah yang mempercepat proses deteriorasi pada benih. Bahan pengemas dari kertas hanya mampu untuk jangka penyimpanan yang relatif singkat.
Sedangkan untuk bahan pengemas kertas sangat mudah sekali robek dan bersifat porus sehingga pertukaran gas-gas dari luar ataupun uap air dapat denganmudah terjadi, hal seperti inilah yang mempercepat proses deteriorasi pada benih. Bahan pengemas dari kertas hanya mampu untuk jangka penyimpanan yang relatif singkat.
Penyimpanan
benih dengan Berbagi Jenis kemasan bertujuan untuk mengetahui kemasan yang
cocok digunakan untuk penyimpanan benih dimana kemasan itu dapat menjaga kadar
air dan serangan dari hama gudang selama penyimpanan.Dimana pada praktek kali
ini saya mmenggunakan Aluminium foil, kertas Amplop, Dan plastic. Dari ketiga
metode ini memiliki ketahanan yang berbeda-beda. Bahan
kemasan kertas merupakan bahan yang kedap udara, Kertas merupakan struktur
lembaran yang terbuat dari pulp dan bahan lain sebagai bahan tambahan dengan
fungsi tertentu. Bagian terbesar kertas adalah pulp, sedangkan bahan lain
sebagai bahan tambahan hanya sedikit karena digunakan hanya untuk mendapat
sifat tertentu. Kemasan kertas memang tidak sebaik kemasan plastic dalam
mempertahankan kadar air benih, tetapi masih lebih baik dibanding kemasan kain.
Sifat kertas yang mudah basah pada kondisi lembap diduga sebagai penyebab
meningkatnya kadar air benih pada periode simpan selanjutnya. Dari segi sifat
kekedapan udara maupun uap air, aluminum foil lebih baik dibanding
plastik, tetapi dari segi kekuatan dan keelastisan, aluminum foil mudah
sobek dan lebih kedap udara dari kertas.kemasan yang baik dalah kemasan yang
kedap akan udara untuk menghambat laju resfirasi benih.
Dari table
diatas tingkat kerusakan benih sangat nyata terutama pada benih kedelai benih
yang disimpan pada kemasan alfo, amplop dan kertas mengalami kerusakan seperti
benih berlobang-lobang, berubah warna, serta ada ditemukan hama di dalam benih
dan di dalam kemasan. Hal ini disebabkan oleh pada saat pengemasan hama terbawa
oleh benih sehingga berkembang biak di dalam kemasan sehingga benih menjadi
rusak. Dari persentase daya kecambah benih kedelai juga sudah mengalami
penurunan. Hal ini disebakan oleh hama yang ada didalam kemasan. Namun benih
jagung tidak mengalami penurunan yang sangat drastic. Dari table diatas kemasan
yang cocok untuk menjadi bahan pengemas benih adalah aluminium foil dan flastik
kerena mampu mempertahankan persentase Kadar air dan persentase daya kecambah.
Karena kedua bahan ini lebih kedap udara dari pada bahan dari kertas. Bahan
pengemas yang terbuat dari alumunium foil tidak bersifat porus karena dilapisi
bahan plastik di dalamnya, tetapi kekuatan regangan tidak sebaik dengan bahan
pengemas plastik. bahan dari alumunium foil kekuatan terhadap regangan nya
sedang sehingga sangat dimungkinkan sekali tempat kemasan mudah rusak dan
memungkinkan adanya pertukaran udara dari luar dan uap air ke dalam kemasan
sehingga sedikit demi sedikit kualitas benih menurun. Sedangkan untuk bahan
pengemas kertas sangat mudah sekali robek dan bersifat porus sehingga
pertukaran gas-gas dari luar ataupun uap air dapat denganmudah terjadi, hal
seperti inilah yang mempercepat proses deteriorasi pada benih.
http://erikjonsitanggang.blogspot.com/2012/02/ketahanan-benih-untuk-disimpan-beragam_05.html